Pemetaan Fungsi Telegram Channel Sebagai Medium Radikalisasi: Studi Kasus Pada Telegram Channel Di Aplikasi Telegram

Salah satu fenomena menarik berkaitan dengan aksi terrorisme di era digital adalah
penggunaan aplikasi Telegram sebagai instrumen komunikasi para teroris. Telegram tidak
hanya digunakan untuk mengomunikasikan ajaran atau ideologi jihadis, tetapi juga untuk
pelatihan, penggalangan dana, perekrutan, hingga aksi teror. seperti bom bunuh diri. Sejumlah
aksi bom ISIS antara lain di Swedia, Paris, Mesir, Inggris, dan Rusia ditengarai melibatkan
penggunaan aplikasi Telegram sebagai wahana komunikasi. Di Indonesia, kasus bom Sarinah
dan kasus lainnya juga dilaporkan melibatkan penggunaan aplikasi Telegram. Sayangnya peran
pentingnya aplikasi Telegram dalam proses radikalisme dan terorisme belum mendapat
perhatian kalangan akademis di Indonesia. Penelitian tentang radikalisme dan terorisme yang
memfokuskan diri pada penggunaan aplikasi Telegram sangat terbatas. Penelitian ini berupaya
menjawab pertanyaan tentang fungsi Telegram Channel sebagai medium radikalisasi
berdasarkan konten yang disebarkan kepada subscibers-nya. Penelitian ini menggunakan
metode analisis isi kualitatif. Data akan dikumpulkan dari Telegram Channel yang berkonten
radikalisasi dan terorisme selama 6 bulan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan peta
tipologi fungsi media sosial Telegram sebagai medium radikalisasi khususnya dalam proses
penyebaran ajaran atau ideology jihadis, pelatihan, penggalangan dana, perekrutan, hingga aksi
radikal dengan kekerasan. Penelitian baseline ini akan ditindaklanjuti dengan penelitian
tentang strategi wacana, respon khalayak terhadap wacana, yang pada gilirannya dapat
digunakan untuk input bagi penyusunan model counter wacana terhadap radikalisasi di media
sosial.