Alur Distribusi Sampah Konstruksi Pada Daerah Perkotaan (Studi Kasus : Proyek Developer di Area Tangerang Selatan)

Keberlanjutan dalam sisi Arsitektur selama ini hanya dititikberatkan pada proses desain semata. Padahal dalam praktiknya keberlanjutan adalah sebuah siklus yang berjalan mulai dari ketika saat bangunan itu belum dibangun, sampai ke muara terakhirnya yaitu pada saat bangunan itu dihancurkan atau diratakan kembali ke tanah. Pada setiap proses tersebut sebagian besar akan selalu menghasilkan sisa atau sampah konstruksi yang harus dibersihkan
dari lapangan. Dalam konteks perkotaan yang selalu berkembang dan membangun, siklus sampah konstruksi menjadi masalah tersendiri. Umumnya sampah konstruksi mempunyai angkutan sendiri dan tempat pembuangan tersendiri karena sifatnya yang berbeda dengan sampah rumah tangga. Kota sebagai salah satu penyumbang emisi terbesar karena pemakaian bahan bangunan beton di sebagian besar bangunannya. Beberapa bangunan yang sifatnya mudah berubah terutama bangunan yang sifatnya komersial dan juga sempitnya lahan perkotaan mendorong produksi sampah konstruksi yang semakin meningkat dan alurnya belum menjadi perhatian dari pihak pemerintah. Pembuangan sampah konstruksi di perkotaan pada praktiknya belum mempunyai peraturan yang mengikat, pelaksanaan yang benar dan
tidak membahayakan bukan sekedar memindahkan sampah /menumpuk sampah ke lokasi lain. Studi kasus akan membahas mengenai praktek pembuangan sampah konstruksi pada proyek developer di daerah Tangerang Selatan sebagai daerah yang paling banyak berkembang saat ini karena laju ekspansi ke daerah pinggiran sebagai penyangga daerah utama, yaitu Jakarta.