PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL UNTUK OPTIMALISASI MODEL KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN STRATEGI MANAJEMEN KONFLIK ANTAR ETNIS DAN AGAMA DI JAWA DAN BALI

Konflik antaretnis dan antarbudaya di Indonesia saat ini mengalami eskalasi. Konflik makin menguat
karena memudarnya toleransi terhadap keberagaman. Di samping itu, berita- berita tentang konflik
yang tidak berimbang dan cenderung provokatif, baik di media massa maupun media sosial, turut
memberi kontribusi pada sulitnya mencapai resolusi konflik. Penyebab konflik seringkali disebabkan
oleh adanya perbedaan budaya yang mencakup perbedaan nilai, gaya hidup, pola pikir, serta perilaku
komunikasi, baik verbal maupun nonverbal. Selain itu terdapat prasangka, stereotip dan
etnosentrisme yang seringkali dimunculkan baik oleh kelompok etnis dan kelompok agama yang
berkonflik. Campuran dari berbagai faktor di atas acapkali menimbulkan konflik yang berdampak
pada memburuknya hubungan diantara kelompok tersebut. Dalam konteks komunikasi antar budaya,
persoalan tersebut terjadi karena kurangnya kompetensi antar budaya yang memadai sehingga sulit
untuk membangun understanding dan mengelola konflik yang terjadi. Masalah ini berdampak besar
khususnya pada tingkat adaptasi budaya, keharmonisan dan toleransi terhadap keberagaman.
Pendekatan penyelesaian pertikaian antar etnis dan agama yang dilakukan oleh pemerintah selama
ini lebih pada pendekatan legal, politis, dan tindakan represif, sehingga hasil yang dicapai kurang
optimal. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kompetensi antarbudaya, sikap mindful dan
manajemen konflik yang efektif terutama dalam menghadapi konflik antar etnis dan antar agama.
Karena itu tujuan penelitian multi-years ini adalah, pada tahun pertama menghasilkan (a) Klasifikasi
perilaku mindfulness dari etnis dan agama yang memiliki toleransi terhadap keberagaman, dan (b)
Peta local wisdom kelompok etnis dan agama dalam mengatasi konflik; pada tahun kedua, penelitian
akan menghasilkan (a) Peta kompetensi komunikasi antarbudaya dari kelompok etnis dan agama
yang pro toleransi, (b) Strategi manajemen konflik dari kelompok etnis dan agama, (c)
Pengembangan Model kompetensi komunikasi antarbudaya kelompok etnis dan agama, dan (d)
Pengembangan model manajemen konflik antarbudaya dari kelompok etnis; pada tahun ketiga
penelitian akan menghasilkan (a) Penerapan model kompetensi komunikasi antar budaya dari
masyarakat pro toleransi dalam format digital content (film dokumenter, film pendek, website) dan
diimplementasikan di media sosial (Facebook, Instagram dan Twitter); (b) Penerapan model strategi
manajemen konflik dari masyarakat pro toleransi dalam format digital content (film dokumenter,
film pendek, dan website) dan diimplementasikan dalam media sosial (Facebook, Instagram dan
Twitter). Metodologi Penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus dan etnografi komunikasi. Pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview, FGD, dan
studi dokumen. Informan dalam penelitian berjumlah 80 orang yang merupakan tokoh pada
kelompok etnis dan agama di wilayah Kampung Bugis (Bali), Desa Boro (Malang), Desa Tempur
(Jepara), dan Kampung Sawah (Bekasi). Target yang akan dicapai penelitian ini adalah (1)
Pengembangan model kompetensi antar budaya dan manajemen konflik yang efektif bagi kelompok
etnis dan agama di media sosial, (2) Implementasi model kompetensi komunikasi antarbudaya dan
strategi manajemen konflik di media sosial, dan (3) Optimalisasi model kompetensi komunikasi
antarbudaya dan strategi manajamen konflik di media sosial.